Aku Mati, Negara Mati

Diposting oleh Unknown Kamis, 10 Mei 2012

Kabut, kelam, asap, hitam

Panas, darah, api, merah

Aku tak dianggap lagi

Maka hancurlah negeri pasti

Zaman berubah, mereka turut serta

Masalah pecah, mereka pun murka

Negeri ramah tamah mereka bilang

Ah, omong kosong itu sekarang

Andai saja aku masih hidup

Ketika semua hati masih berbunyi

Lentera itu tak akan pernah redup

Benar salah pun tak mungkin terganti

Kau lihat meja berwarna hijau?

Di sana nyawaku dipertaruhkan

Sampai ketika yang mulia galau

Kemudian palu selesai dipukulkan

Di sana pula selalu terjadi

Aku hidup ataupun mati

Bukan cuma itu tapi

Di pemilihan lima tahunan

Di balik putusan pelelangan

Bahkan di setiap nilai rapor tahunan

Aku ditentukan

Oiya, maaf aku belum sampaikan perkenalan

Ku tahu kau tentu sudah kenal, hanya mungkin tak pernah liat

Kuduga kau muncul baru akhir-akhir ini

Saat aku sudah susah ditemui

Namaku sederhana saja

Keadilan

Bisa jadi aku sebuah misteri

Karena akupun tak tinggal sendiri

Aku hidup bersama nilai, prinsip, dan nurani

Kami tandatangani perjanjian

Sehidup semati

Nyawa kami banyak, tak usah kau bertanya

Sekali mati, kami tak pernah rugi

Musuh kami empat, kali ini kau boleh bertanya

Kujawab nafsu, tamak, benci, dan pelanggaran

Empat lawan empat

Bertempur di berbagai tempat

Pernah di bukit sogokan, pernah pula di lembah kekerabatan

Hutan korupsi, atau laut kekuasaan

Ketika para lawan membawa serta Tuhan-Tuhan

Harta, wanita, dan kekuasaan

Kami kewalahan menghadapi serangan

Kumohon maafkan kekalahan kami

Menyedihkan, andai kau tahu..

Nyawaku tinggal beberapa detik lagi

Kawan-kawan sudah lebih dulu bergelimpangan

Maka, tak ada alasan aku bertahan

Tolong sampaikan pada Tuhanmu

Hidupkan kami kembali nanti

Tubuhku mendingin, cahaya memburam

Tak ada lagi yang bisa kukatakan

Selain ucapan

“Selamat Tinggal”

Penulis :


Lihat Sumbernya

Share on :


Artikel Terkait:

0 komentar

Posting Komentar

Adsense Indonesia

Followers

Berita Populer Minggu Ini