Cerpen Sedih Tentang Cinta : INDAH PADA WAKTUNYA

Diposting oleh Unknown Jumat, 11 Mei 2012

Aku adalah seorang remaja yang terhempas dalam kenyataan hidup ditengah arus globalisasi. Bisa dibilang aku berasal dari keluarga yang kurang mampu. Ibuku hanya seorang penjual sayur-sayuran di pasar pagi. Pendapatan ibuku pun tidak seberapa, hanya cukup untuk sekali makan. Bisa dibilang juga, itu semua tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kami sekeluarga.

Terlebih lagi aku mempunyai dua orang adik. Ayah dan ibuku sudah lama bercerai. Ibu memilih bercerai dengan ayah karena sifat ayah yang pemarah dan suka mebuk-mabukan. Setelah bercerai dengan ibu, ayah masih saja sering mengganggu kehidupan kami. Bahkan ia sering datang dengan cara tiba-tiba dan memukulibu serta adik-adikku. Mungkin ayahku sudah kehilangan akal sehatnya. Tidak jarang aku pun sering terlibat dalam amukan ayahku.


Dan pernah pada suatu hari, ayah datang dan marah-marah tidak jelas kepada ibuku. Aku tidak tahu apa masalahnya sehingga ayah bisa marah-marah seperti orang kesetanan. Dan tiba-tiba pula ayah memukul ibuku. Kedua adikku yang kebetulan sedang bersama ibuku di rumah pun tidak luput dari amukan ayahku yang gila itu. Aku yang saat itu baru saja pulang sekolah sangat terkejut melihat kejadian itu. Aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi melihat ibuku dipukuli seperti itu. Aku tidak bisa menerima sikap ayahku yang berbuat semena-mena seperti itu. Aku pun yang berusaha melindungi ibuku dari pukulan ayahku pun ikut menjadi sasaran amukan ayahku. Aku mulai tidak tahan dengan semua perlakuan ayahku terhadap ibuku dan adik-adikku.

Aku yang mulai terbawa emosi karena tindakan ayahku tersebut langsung mendaratkan tinjuku pada wajah ayah. Ayahku yang tidak terima atas tindakanku lantas memukulku. Akupun jatuh tersungkur dan hampir terbentur meja. Aku pun lantas mengambil sebuah guci yang ada di meja dan memukulkan guci tersebut tepat di kepala ayahku. Ayahku pun berteriak kesakitan dan jatuh seketika karena kepalanya mengeluarkan darah. Kemudian dengan segera aku menyeretnya keluar dari rumah. Dan ayahku langsung pergi dari rumah dengan membawa rasa sakit dan mengucapkan kata-kata kotor. Beruntung saat kejadian itu terjadi, tidak ada tetangga yang melihat kejadian itu secara langsung. Aku pun kembali ke dalam rumah dan berkumpul dengan ibu dan kedua adikku serta menenangkan mereka semua.


Sejak kejadian itu, ayah tidak pernah datang lagi menemui kami. Namun itu hanya berlangsung selama beberapa minggu saja. Setelah itu ayah mulai kembali dengan kegilaannya yang tidak berperikemanusiaan itu.


Kehidupan keluargaku yang serba kekurangan membuat kami harus lebih berhemat. Kedua adikku saja tidak ada yang bersekolah. Ibu sudah sangat bersyukur bila bisa menyekolahkan aku hingga lulus SMA. Namin aku mempunyai tekad yang kuat untuk melanjutkan pendidikanku hingga ke jenjang yang lebih tinggi.


Hari ini aku mendapat panggilan dari guru karena aku sudah menunggak uang sekolah selama dua bulan. Aku bingung harus berbuat apa agar bisa mendapatkan uang untuk membayar uang sekolahku. Aku sengaja tidak memberitahukan ibuku mengenai masalah ini. Aku takut ibu akan sedih karena tidak bisa memenuhi kebutuhan sekolahku. Hal ini dikarenakan penghasilan ibu yang hanya cukup untuk makan kami sehari-hari. Aku berinisiatif intuk mencari pekerjaan. Namun aku tidak mendapatkan satupun pekerjaan. Aku mulai putus asa. Namun di tengah keputusasaanku itu aku mendapatkan ide yang cemerlang. Aku bisa memanfaatkan kemampuanku dalam bernyanyi. Aku pun pergi ke sebuah cafe untuk melamar pekerjaan di sana.


Aku tahu tempat itu karena beberapa hari yang lalu salah seorang temanku menawariku sebuah pekerjaan untuk menyanyi di tempat itu. Dia menawariku untuk bernyanyi di cafe itu karena dia mengetahui kalau suaraku merdu sekaligus kondisi keluargaku yang sedang kesusahan.


Sekilas aku berpikir,”mungkin ini yang dinamakan teman, selalu ada di kala susah maupun senang”.
Aku diterima untuk menyanyi di cafe itu. Bayaranku untuk sekali manggung sebesar seratus ribu rupiah. Bayaran yang lumayan besar untuk seorang pemula sepertiku. Uang yang aku simpan selama aku menyanyi di cafe itu sudah lumayan banyak, dan itu sudah cukup untuk mebayar uang sekolahku yang menunggak selama dua bulan. Sisa dari uang yang aku miliki, aku berikan kepada ibu sebagian untuk keperluan belanja dan yang sebagian lagi aku simpan untuk berjaga-jaga jika ada keperluan yang mendadak.


Ibuku sangat senang menerima pemberian dariku. Ia sangat bersyukur pada Tuhan karena aku sudah bisa belajar untuk lebih mandiri. Aku sangat senang bila ibuku pun senang..


Lama aku menyanyi di cafe itu. Mendengar suaraku yang lumayan merdu, pemilik cafe mengizinkanku untuk menjadi penyanyi tetap di cafe tersebut. Di sana bukan aku satu-satunya penyanyi yang bernyanyi di cafe itu. Ada seorang wanita yang juga bekerja sebagai penyanyi di cafe tersebut. Awalnya dia senang saat berkenalan denganku. Tapi lama-kelamaan dia mulai menunjukkan sikap yang kurang baik padaku. Dia sering memarahiku padahal aku tidak membuat kesalahan. Mungkin dia iri padaku karena aku mendapat perlakuan yang lebih baik dari pemilik cafe dibandingkan dengannya. Hingga dia tega memfitnahku dengan sesuatu yang aku sendiri tidak merasa kalau aku melakukan kesalahan itu. Pemilik cafe di tempatku bekerja yang termakan oleh omongan wanita itu kemudian memecatku dari cafe itu. Aku sungguh sedih sekali karena aku difitnah atas perbuatan yang tidak pernah aku lakukan sama sekali. Aku kecewa, aku putus asa, aku tidak tau harus berbuat apa lagi.


Dimana aku harus mencari pekerjaan setelah ini? Apa yang harus aku katakan pada ibuku atas kejadian ini? Mengapa hidupku harus berjalan seperti ini? Hanya pertanyaan semacam itu yang terlintas di pikiranku sepanjang jalan. Kebahagiaan yang aku rasakan hanya berlangsung sekejap. Entah ini hanya suatu kebetulan atau memang takdirku harus seperti ini.
“Oh Tuhan... aku tidak sanggup”, ucapku dakam hati.


Aku sungguh tidak menduga kenapa ia tega melakukan hal ini padaku. Seseorang yang aku kenal baik dan ramah ternyata hanya sebagai sampul depan saja. Sungguh aku sangat merasa kecewa. Tetapi biarkan sajalah, karena setiap orang memiliki catatan kebaikan dan keburukan tersendiri.


Kini aku kembali dengan hari-hariku yang suram. Hari ini aku tidak bersemangat untuk sekolah karena aku terus memikirkan ibu dan kedua adikku. Saat aku berjalan sambil melamun di koridor sekolah, secara tidak sengaja aku menabrak seorang gadis yang begitu cantik di mataku. Dia sedang membaca sambil berjalan dan mungkin itu yang membuatnya tidak memperhatikan keadaan di sekitarnya sehingga dia kurang berkonsentrasi dengan perjalanannya dan menabrakku. Kami kemudian saling meminta maaf dan sekalian aku berkenalan dengannya. Itu karena sudah hampir 3 tahun aku bersekolah di sekolah ini, tapi aku belum begitu mengenal teman-temanku satu sekolah.


Gadis itu bernama Geniung, dia memiliki paras yang cantik, berjilbab, dan memiliki perilaku yang sopan saat aku mengenalnya. Apa yang aku rasakan? Sepertinya aku mulai jatuh cinta. Sejenak aku lupa akan masalah keluargaku. Aku berusaha mencari informasi yang lebih tentangnya.


Saat dia mengetahui kalau aku menyukainya, dia menunjukkan sikap yang berbeda kepadaku. Dia menjadi kurang bersahabat. Aku yang penasaran dengan perubahan sikapnya itu pun lantas menanyakannya langsung padanya. Dia menceritakan alasan kenapa dia merubah sikapnya kepadaku. Lama-kelamaan kami mulai akrab kembali dan saling berbagi pengalaman hidup. Aku menceritakan tentang keadaan keluargeku. Dia merasa turut prihatin dengan keadaan keluargaku.


Sejak saat itu dia mulai memberikan perhatian kepadaku. Dia sering memberikan motivasi yang sengat berguna bagiku. Dan tidak itu saja, dia juga meminta ayahnya untuk mengizinkanku bekerja di peternakan milik ayahnya. Ayahnya pun memperbolehkanku untuk bekerja di peternakan miliknya sepulang sekolah. Dan atas pekerjaanku yang rapi, ayahnya pun memberi kepercayaan kepadaku untuk mengambil alih sebagai pemilik peternakan tersebut setelah aku tamat kuliah nanti. Kini aku bisa menyekolahkan kedua adikku dan membahagiakan ibuku. Aku sungguh berterimakasih kepada Tuhan yang telah memberikan jalan keluar terbaik bagiku atas segala masalahku. Dan hal ini juga tidak terlepas dari do’a ibuku yang menyertaiku setiap waktu, serta teman-temanku yang selalu memberikan dukungan kepadaku disaat aku merasa putus asa.

Note: mohon maaf jika ada kekurangan dalam cerpen saya, ini cerpen pertama saya.

Penulis : Pijan Vijan
Lihat Sumbernya

Ayo Kirimkan Tulisan Kalian di dinding Facebook Fanpage Kumpul Remaja,. Tulisan kalian akan diterbitkan dan identitas kalian akan disertakan (foto, nama, alamat fb dan alamat twitter)., Buruan, tunggu apa lagi!!! Kirim Sebanyak-banyaknya!!!

Share on :


Artikel Terkait:

0 komentar

Posting Komentar

Adsense Indonesia

Followers

Berita Populer Minggu Ini