(Dongeng) Negeri Besar, Pemimpin Besar, dan Si Omong Besar.

Diposting oleh Unknown Minggu, 19 Agustus 2012

Nun jauh disana ibukota negeri ini sangat ramai berseliweran kendaraan memenuhi jalan baik arteri maupun tol semua macet cet cet. Kupandangi satu persatu keindahan mobil pribadi sebelah kanan, kiri dan bawah kebetulan sedang macet di jalan tol. Rata-rata pengemudinya yang laki-laki gagah dengan pakaian lengkap dasinya dan yang perempuan memakai baju kantoran plus HP yang melekat ditangannya. Mereka asyik memainkan HP dengan jempolnya, sangat fantastis cepat sekali boleh diadu dengan yang juara ngetik 10 jari. Apa yang mereka lakukan, sampai-sampai pada jam segini tumpah ruah dijalanan, macet. Ibukota negeri ini perlu angkutan masal, cepat, nyaman yang dapat menggantikan mobil-mobil pribadi yang berseliweran. Sementara bis-bis panjang penuh sesak dan membuat penumpang kegerahan walaupun sudah dilengkapi Air Conditioner yang sudah kehabisan freon.

Apakah ini simbol kekayaan, kemacetan di semua ruas jalan hampir setiap hari. Entahlah, apa sengaja dibuat demikian agar bisa menarik para pemilik omongan besar setiap 5 tahunan untuk mencoba keberuntungan naik panggung mengkapanyekan tatanan lalulintas yang menjanjikan. Parade pedagang asongan, tukang koran majalah, pengamen dan pengemispun serta merta menambah riuhnya jalanan. Mereka mencoba keberuntungan di kemacetan, mengharap berkah dari kemacetan dan mengais rejeki dijalanan yang panas dan ganas.

Sementara itu, apa para pemimpin besarnya mengetahui hal ini..ho ho ho tidak akan pernah melihat dan terlihat. Sirene berbunyi di depan dan dibelakang beliau saat mereka lewat, kendaraan apapun tentu akan mempersilahkan sang pemimpin lewat agar pekerjaan memikirkan rakyatnya dapat segera terselesaikan. Apa pengguna jalanan yang menyingkir termasuk rakyat, aku mau tanyakan dulu ya.

Tiba-tiba negeri besar ini diserang oleh negara kecil seberang laut, pelurunya mengenai sebagian besar warga Mandailing. Menohok ulu hati, menyesakkan dada, mengagetkan hampir semua warganya. Lho apa peristiwa yang dulu-dulu sudah dilupakan, pengakuan tarian pulau dewata, kesenian khas para warok, nyanyian merdu rasa sanyange dan pengambilan ikan di perairan negeri ini semua dianggap angin lalu. Negeri inipun karena kaya dan besar membiarkan pulaunya diambil dan didiami mereka. Negeri kecil inipun membuat kota perbatasan lebih mentereng dan menarik, sementara negeri besar ini ada kesan membiarkannya. Jangan ditanya kalau mata uang yang beredar lebih banyak ringgitan daripada piahan.

Dor-dor-dor, peluru dimuntahkan tidak tahu apa sebabnya, siapa pelakunya tidak ketahuan yang jelas korban telah berjatuhan. Pulau kaya, sudah besar namun tidak boleh mandiri, harus menyusu terus dan harus dianggap bayi yang harus diteteki setiap saat. Sementara sang bayi mempunyai kekayaaan yang sangat dahsyat, mengalahkan kekayaannya qorun. Kemana kekayaan itu, yah ibarat harta karun, dia diangkut oleh yang menemukan. Sang bayi merengek menagis meminta jatah susu yang lebih banyak, yang kadang harus keluar darah dari saudaranya dulu. Apa pemimipin besarnya tidak tahu hal ini, aku tanyakan dulu ya. Kata beliau,”Kan sudah ada hulubalang yang mengurusi, ayo selesaikan dengan cara kemanusaiaan kalau tidak bisa ya cara kebinatangan saja”.

Mari kita bayangkan cara kebinatangan alias hukum rimba raya yang ada di perkampungan itu. Betapa banyak korban yang berjatuhan, sang bayi masih menangis dengan jeritan yang keras menembus relung hati dan jarak yang sangat jauh. Lembaga Non Profit negara antah berantahpun ikut bermain, bukan untuk menjernihkan yang kenyataannya malah memperkeruh kondisi sang bayi. Mereka membiayai sang bayi, memberikan makanan yang melebihi takaran dan menina bobo-kan sang bayi. Sang bayipun semakin berani, apapun dilakukan asalkan kebutuhannya terpenuhi terutama susu yang memang sangat dibutuhkannya. Sementara sang bayi menyusu, harta karun terangkat dan terkirim menambah pundi-pundi negara antah berantah. Yah, traktatnya memang begitu kok, sebelum bayi lahir kan sudah ada kesepakatan antara pemimpin besar, yang punya omongan besar dan negeri antah berantah.

“Sudahlah bapak-bapak duduk manis saja di ibukota, saya yang bersusah payah mengeluarkan isi perut bumi ini dan nanti bapak-bapak saya berikan bagian untuk dipakai dan dimanfaatkan di ibukota. Setiap ada tamu yang datang bapak-bapak dijamin tidak akan malu menerimanya, jalanan penuh mobil bagus dan pasti macet”

“Benar sobatku, mereka tamu-tamuku berdecak kagum. Mereka mengira kami miskin, ternyata menurut mereka kami ini sangat kaya raya, buktinya banyak gedung pencakar langit di kanan kiri jalan, mobil mewah berjejer memenuhi ruas jalan.”

“Saya, sang omong besar dapat bagian apa bos ?”

“O iya, bapak-ibu yang selalu omong besar dan nyaring pasti dapat bagianlah, asalkan setiap menjelang jatuh tempo pengerukan isi bumi tetap diberikan kepada kami”

“Beres bos, anda kan baik mengeluarkan isi perut bumi dengan susah payah, tapi kami juga dapat bagiannya”

“Dasar maling semua” sang bayi yang beranjak besar marah-marah merasa dikadali.

“O anak bayi yang mulai besar, mari-mari duduk manis disini, kami akan buatkan makanan yang lebih enak dan bervariasi, tapi jangan bilang teman-teman ya”

“Mana makanannya, mana sepedanya, mana mainanku katanya sudah ada semua”

“O ini nak, ayo kita mainnya di ibukota saja disana semua serba ada. Disini cuma gunung-gunung dan wajahnya sangar-sangar”

Ya begitulah kondisi negeri besar dengan pemimpin besar dan pemilik omongan besar secara berjamaah mengkadali seorang bayi yang baru tumbuh.

Itulah sepenggal dongeng nasib hidup dinegeri besar yang tidak berdaya melawan negeri kecil seberang lautan dan hanya bisa telan ludah dengan kemacetan ibukotanya.

Penulis :
melihat dengan kaca mata kebenaran.

Sumber : kompasiana.com

Pengen tulisan kamu terbit di Kumpul Remaja? Silakan kirimkan tulisan kamu di Facebook Fanpage Kumpul Remaja atau di komentar di bawah postingan ini. Sertakan identitasmu baik itu facebook, twitter atau blog kamu.!

Share on :


Artikel Terkait:

0 komentar

Posting Komentar

Adsense Indonesia

Followers

Berita Populer Minggu Ini