tak ada yang saling mengingat
berjubel kaki, karcis di saku tersimpan rapi
kardus isi makanan, koper isi pakaian
untuk bekal 10 kali mandi
penjual jejali peron, mulut mereka berbusa
” banyak duit, tapi pelit berbagi ” ocehnya
bergelantungan tangan, menggantangkan nasibnya
berharap sesegera roda-roda besi ini menjangkah
sudah seperseribu perjalanan pulang ini terbayar
kereta tinggalkan stasiun raya
lambaian tangan seperti kibasan bendera
” selamat tinggal kota keringatku ” tawa pecah
di mulut Marni, perempuan pesolek berbibir tebal
malam bagai pindang ikan, sepuluh aroma mengaduk
ditiup angin, baunya tak lagi punya nama
tak ada kursi yang berhenti menari
karena mereka bernyanyi sepanjang malam
segera tak sabar kaki-kaki perkasa sentuh
lantai semen stasiun Lempuyangan Jogja
pagi, aroma gudeg menyedak
menyambut ratusan hidung,
ini sarapan yang membuka kangen pertama
setelahnya Marni meneruskan seperenam langkahnya
dengan bus menuju Tepus, kampung halamannya
bertemu handai taulan, dan berbagi kesuksesan
Penulis :
Budhi Wiryawan
mengikuti kemana darah ini mengalir....
Pengen tulisan kamu terbit di Kumpul Remaja? Silakan kirimkan tulisan kamu di Facebook Fanpage Kumpul Remaja atau di komentar di bawah postingan ini. Sertakan identitasmu baik itu facebook, twitter atau blog kamu.!
0 komentar