Puisi, Masih Beningkah Sumurmu Tuan?

Diposting oleh Unknown Senin, 10 September 2012 , ,




tuan,
tiba-tiba saja tenggorokan ini serasa mengering, entah kenapa
padahal baru saja kuhabiskan dua gentong air dari tulang sulbiku
apakah ini dikeranakan aku telah meminum air dari sumur yang mulai keruh?
tuan, duhai tuan!
aku mau melaporkan kebolehanku lapor melapor
maaf, ini bukan soal apa-apa ataupun soal yang tidak ada apa-apanya tuan
ya, kerana diri yang hina dina ini bisanya ya hanya melapor
wahai tuan,
jangan pernah kau ajarkan kepadaku cara melapor
kerana ketika kutelah melaporkan sesuatu yang tidak kusukai dengan terbata-bata
maka pada saat yang bersamaan sesungguhnya aku telah menunjukkan takaran isi kepalaku
duh tuan,
jangan pernah pula kau ajarkan kepadaku cara mengancam
kerana, ketika aku mengancam sesuai dengan jarak pandang bayang-bayangku
maka seketika itu juga secara kasat mata aku telah membuka lebar-lebar ruang kelemahan hatiku
tuan,
diketerbatasanku, sesungguhnya aku cuma sekadar numpang mandi di sumurmu
pun, sangat sering aku mampir minum seteguk dua teguk sekadar pelepas dahaga
sesekali juga kuikut bersendawa di ruang-ruang ekspresimu
ah tuan,
jika pada sumur di pintu rumahmu tempat biasa kumampir minum dan mandi telah kaututup
bagiku tak apa, tetap akan kuyakinkan kepadamu bahwa tak akan pernah kusesali itu
ahay, siapalah diri ini yang hanya memiliki rasa rindu dalam mencari sumur-sumur bening yang tak berdasar di serambi-serambi cinta?!
serambi sentul, 05-09-2012
arrie boediman la ede

————————————————–
catatan sang fakir:
seorang fakir yang tidak pernah tahu apa itu kebijakan dan kebajikan, pernah berkata kepadaku, “bung, ketika sebuah sumur bening di taman seribu bunga semakin sering dikunjungi oleh orang-orang yang tak pernah mandi. maka, dipastikan sumur itu akan dipenuhi dengan berbagai macam aroma yang tak sedap! kasihan khan sumurnya?”
si fakir itu juga pernah bergumam sambil berceloteh tiada henti, “hmmmm, semoga saja penjaga sumur bening yang cuma beberapa orang itu kecerdasannya senantisa dijaga dan terjaga oleh kedalaman ilmu dan pengetahuannya!”
bah! kali ini si fakir ngedumel seperti gombloh ketika menyanyikan lagu “lepen”, “bagiku yang penting sumur itu tidak dijaga oleh orang yang seakan-akan menjadi penjaga; (1) si-perokok yang suka buang puntungnya di sembarang tempat, dan (2) si-pemabuk yang kerjaanya suka membuang muntahnya diwajahnya sendiri dan wajah-wajah orang yang tidak disukainya
: “wahai si fakir, bernyanyilah dengan sukacita dan penuh kegembiraan. lepaskan beban dihati dengan rasa bahagia. semoga saja kita tetap percaya bahwa di sumur bening tempat kita sering mampir “adus lan ngombe” itu masih bersemayam keagungan akal sehat yang berpadu dengan hati muthmainnah yang penuh dengan cinta bertaburkan selaksa makna”
——————————–

Penulis :



Pengen tulisan kamu terbit di Kumpul Remaja? Silakan kirimkan tulisan kamu di Facebook Fanpage Kumpul Remaja atau di komentar di bawah postingan ini. Sertakan identitasmu baik itu facebook, twitter atau blog kamu.!

Share on :


Artikel Terkait:

0 komentar

Posting Komentar

Adsense Indonesia

Followers

Berita Populer Minggu Ini